PERNYATAAN MEDIA UNTUK DISIARKAN SEGERA
Rabu, 29 November 2017
KONTAK:
Laurel Sutherlin, Rainforest Action Network E: Laurel@ran.org, T: +1 415 246 0161
Matthias Diemer, WWF E: Matthias.Diemer@wwf.ch, T: +41 78614 1756
Petra Meekers: Musim Mas E: coms@musimmas.com, T: +65 6576 6500
Palm Oil Innovation Group (POIG) Mendorong Penilaian Hak-hak Buruh dan Prosedur Audit yang Lebih Kuat di Pertemuan Tahunan RSPO
Studi yang dikeluarkan oleh WWF telah menguji faktor-faktor yang mengurangi efektivitas skema sertifikasi serta memberikan saran untuk perbaikan, sementara Musim Mas selaku anggota POIG mengeluarkan penilaian komprehensif tenaga kerja untuk pertama kalinya di industri
Bali, Rabu 28 November 2017 – Dalam empat tahun terakhir pertemuan tahunan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) mengakui adanya kebutuhan yang semakin mendesak untuk menangani pelanggaran sistemik yang dihadapi oleh jutaan buruh kelapa sawit. Pada pertemuan tahun ini yang sedang berlangsung di Bali, Palm Oil Innovation Group (POIG) menawarkan proposal yang paling didukung untuk meningkatkan efektivitas sistem sertifikasi yang ada. Pada saat yang sama untuk pertama kalinya di industri kelapa sawit Indonesia, anggota POIG dan produsen minyak kelapa sawit besar Musim Mas menetapkan pedoman baru untuk rekan-rekannya melalui publikasi penilaian kepatuhan buruh mandiri.
“Anggota-angota POIG memimpin langkah dalam membuktikan dan menentukan inovasi yang dibutuhkan untuk memperkuat sistem penjaminan industri kelapa sawit,” kata Robin Averbeck, Direktur Kampanye Agribisnis Rainforest Action Network. “Penilaian kondisi buruh yang sah sangat dibutuhkan, dan aturan penilaian serta rencana aksi perbaikan Musim Mas saat ini menjadi tolak ukur baru untuk praktik terbaik sektor ini.”
Studi yang dibuat oleh WWF terkait Inovasi Penjaminan menyampaikan seperangkat rekomendasi untuk RSPO agar mengadopsi sistem penjaminan kualitas yang digunakan secara mandiri dalam melakukan verifikasi kepatuhan anggota terhadap standarnya. Inti inovasi tersebut meliputi penyiapan dana pihak ketiga, peningkatan transparansi dan batasan audit oleh auditor dan lembaga sertifikasi yang sama berturut-turut.
“Palm Oil Innovation Group telah menunjukkan bahwa kita bisa meningkatkan sistem penjaminan melalui inovasi. Studi WWF merekomendasikan RSPO memperkuat sistemnya, termasuk salah satunya melalui pembentukan dana pihak ketiga untuk meningkatkan objektivitas dan integritas audit, menghilangkan ketergantungan finansial dari lembaga sertifikasi kepada anggota mereka, dan uji coba audit tanpa pemberitahuan.” Matthias Diemer juru bicara untuk WWF dan ketua POIG menambahkan.
Studi tersebut merekomendasikan langkah-langkah berikut:
-
Memperketat standar
-
Meningkatkan transparansi laporan audit individu
-
Membatasi jumlah audit oleh auditor dan lembaga sertifikasi yang sama berturut-turut
-
Memanfaatkan pendekatan berbasis risiko sebagai bagian dari proses audit
-
Memperbaiki sistem pengaduan yang terkait dengan standar
-
Pelatihan yang lebih baik untuk auditor
-
Melepaskan hubungan langsung antara lembaga sertifikasi dengan anggota mereka
-
Memisahkan pemantauan kemajuan anggota dari audit
POIG mendukung rekomendasi ini, dan telah mengadopsi sejumlah rekomendasi untuk meningkatkan verifikasi kemajuan anggota terhadap Anggaran Dasar POIG, bila dianggap memang layak dilakukan. Dukungan tersebut tercermin dalam revisi Indikator Verifikasi Anggaran Dasar POIG yang digunakan untuk menguji kepatuhan para anggota perkebunan Agropalma, DAABON dan Musim Mas, serta pembuatan Pedoman Audit POIG yang saat ini sedang dalam tahap penyelesaian.
Verité juga melakukan penilaian di tiga pabrik dan delapan perkebunan Musim Mas di Kalimantan Tengah dan Riau. Penilaian ini bertujuan untuk mengidentifikasi risiko ketidaksesuaian terhadap Anggaran Dasar POIG, Prinsip dan Kriteria RSPO, Standar Praktik Terbaik Verité serta norma-norma internasional lainnya terkait perlindungan buruh dan Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Mereka juga menargetkan untuk menentukan bidang inovasi yang dibutuhkan.
“Sebagai salah satu produsen minyak kelapa sawit terbesar di Asia Tenggara yang pertama kali bergabung dengan POIG, Musim Mas terbuka terhadap penilaian buruh yang komprehensif sebagai bagian dari komitmennya untuk meningkatkan kesejahteraan buruh–orang-orang yang menjadi tumpuan bisnisnya. Mudah-mudahan, ini akan menjadi prioritas bagi industri luas untuk melakukan introspeksi yang lebih baik mengenai kondisi buruh, dan menerapkan perubahan yang penting untuk menghilangkan masalah buruh dari industri minyak kelapa sawit menuju produksi yang terverifikasi dan bertanggung jawab,” ungkap Petra Meekers, Direktur CSR dan Pembangunan Berkelanjutan Musim Mas.
Penilaian lapangan dilakukan selama sembilan hari dengan melibatkan wawancara mendalam dengan 123 buruh non-manajemen tanpa kehadiran personil manajemen. Auditor juga melakukan kajian dokumenter terkait dokumen buruh, catatan pembayaran, catatan waktu dan inspeksi lokasi, serta wawancara dengan perwakilan manajemen, serikat buruh dan koperasi petani kecil. Audit dan temuan di pabrik dan perkebunan dikategorikan ke dalam tiga kategori besar, yaitu buruh dan hak asasi manusia, kompensasi dan jam kerja, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Satu tahun setelah penilaian hingga menjelang laporan ini dirilis, POIG telah meninjau kembali kesenjangan di area yang menjadi perhatian dan berupaya untuk mengatasi masalah utama agar sebagian besar kasus bisa diselesaikan. Musim Mas juga masih mengerjakan hal-hal lain yang memerlukan pertimbangan lebih panjang selain menyelesaikan verifikasi independen yang beroperasi sepenuhnya atas Anggaran Dasar POIG.
POIG telah menyerahkan Anggaran Dasar POIG kepada Satuan Tugas Peninjau P&C RSPO yang bertugas untuk meninjau standar sertifikasi saat ini dengan harapan adanya persyaratan tambahan tersebut bisa dimasukkan ke dalam standar revisi untuk semua anggota pada bulan November 2018 ini sehingga dapat membantu tercapainya tujuan tidak adanya deforestasi, penanaman dilahan gambut dan eksploitasi.
Kelompok ini juga terus menangani masalah utama lainnya terkait sektor ini, termasuk penggunaan lahan gambut yang berbasis drainase. Budidaya kelapa sawit di lahan gambut tidak dapat dilakukan dalam jangka panjang karena berdampak pada pelepasan emisi gas rumah kaca yang sangat besar, meningkatkan ancaman kebakaran, penurunan permukaan lahan dan pada akhirnya menyebabkan banjir dan hilangnya produktivitas. POIG telah membentuk sebuah kelompok kerja untuk berbagi hasil proyek percontohan pengelolaan lahan gambut yang berkelanjutan oleh para petani melalui pendekatan berbasis lanskap yang dapat menjaga lahan gambut tetap basah dan mencegah kebakaran. Diharapkan melalui dialog tersebut, para pemangku kepentingan bisa ikut dilibatkan mulai dari lapangan hingga industri hilir, hingga memungkinkan pengembangan solusi yang realistis, termasuk peluang untuk mendukung transisi ke model pertanian basah atau ‘paludicuture’ di lahan gambut.
Anggota POIG di Brasil dan Kolombia terus menetapkan tolak ukur untuk minyak kelapa sawit yang bertanggung jawab di Amerika Latin. Di Brasil, Agropalma melakukan investasi di bidang pendidikan dan program magang yang bertujuan untuk mendorong kesetaraan gender. Di Kolombia DAABON juga memusatkan perhatiannya pada program diversifikasi pendapatan bagi para produsen kelapa sawit dan menciptakan dukungan perdamaian di sekolah dan antara keluarga.
Mengenai Palm Oil Innovation Group (POIG)
Palm Oil Innovation Group (POIG) merupakan inisiatif multi pihak yang berusaha untuk menerapkan praktik produksi minyak kelapa sawit yang bertanggung jawab oleh berbagai pihak yang memiliki peran penting di dalam rantai pasok dengan cara berbagi tolak ukur yang kredibel dan dapat diverifikasi berdasarkan Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO) serta menciptakan dan mempromosikan inovasi. Didirikan pada tahun 2013, inisiatif ini dikembangkan melalui kemitraan dengan LSM terkemuka dan juga produsen minyak kelapa sawit progresif.
Untuk mengetahui lebih lanjut tentang POIG, kunjungi www.poig.org